Selasa, 01 Januari 2019

Tentang Kematian

Empty.

Gils, aku masih kepikiran almarhumah Arin. Ini parallel juga dengan menyelesaikan Evermore. Disaster. Kenapa Elsa tegaaaa banget rekomen buku itu sih TT Udah substancenya jelek banget, semua bagiannya menantang logika manusia normal (I hate this the most). Tapi… relatable.

Relatable banget.

Meski ga pernah ketemu, aku sayang banget sama Arin. Basically aku sayang banget sama semua translator. When life gets real hard, Winner menyelamatkan aku. Dengan lirik Mino, surat Seunghoon, speech Seungyoon dan celetukan Jinu. Dan untuk Winner menyelamatkan aku, aku butuh translator. Chrissy, Suz, Ys, Jachelle, Simi, Yangi. Satu hal yang membuat Arin spesial, aku tau dengan jelas kalau dia tidak se-fluent itu sama Korea. She works real hard to translate a little, ngumpulin orang buat jadi tim sub. In a way, she fights for me. She is my hero.

Paragraf demi paragraf akhir di Evermore sungguh membuat aku membayangkan hidupnya.
Aku tahu dia pasti bahagia. Seperti aku yang bahagia banget pas tau dia nonton Winner. Di Manila. Arguably the best concert in Asian stop. Tapi… ya itu… empty.

She deserves the world but her life ends just like that.

Perasaan sedih ini sama waktu aku pertama dengar soal almarhum pak Aji. I didn’t cry nor talk about it out loud, but I’m like, thinking about it. Constantly. And I feel so dull. Kali ini bahkan lebih parah karna dua hari terakhir aku jadi lemah banget, aku bahkan beberapa kali sempat merasa bakal pingsan tiba tiba.

Arin, you are loved. Thank you for everything.

Pak Aji, you are loved too. Thank you for being so kind and for being a good friend.

Aku sesungguhnya menghindari membicarakan ini, karna menurutku berat dan aku benci mengira ngira apakah ini firasat. Tapi kalaupun ini firasat, aku pikir aku lebih pantas pergi duluan dibanding Arin. There, I said that.

Aku merasa hidupku cuma gitu gitu aja. I wanna make it more valuable but each day I just feel…. Tired.

This should be a wake up call. I hope it’d be.

Aku mau terus hidup dan jadi lebih berguna karna aku yakin itu yang bikin fandom bangga (lmao I feel stupid for making this fandom thing that important, but it is). Fandom bangga maka pasti Arin akan ikut bangga. Aku pengen menjadi kebanggan untuk pahlawan aku yang kini ada di surga.
~~~ Once again thank you Arin and Pak Aji. Your kindness will always be remembered.

Ps, awalnya curhatan beginian cuma buat jadi tulisan di diary aja. Konsumsi pribadi, biar dikeluarin aja emosinya. Tapi dipikir pikir ga ada salahnya berbagi di sini. Sebagai milestone kehidupan.

A little bit background story : Arin adalah teman dunia mayaku, fandom translator untuk grup Winner (by now, you have to know that they are my LIFE haha). Kita ga pernah ketemu di dunia nyata, interaksi berdua pun kebanyakan tentang fandom aja. Seperti dia yang membantu aku dapatin kupon streaming gratis (ya, aku ngelakuin hal hal gini juga haha) atau aku yang say thank you atas translated articles yang dia bagi. Aku ga banyak tau soal kehidupan personal dia, yang aku tau dia sudah menikah dan dari beberapa bulan lalu ikut suaminya ke luar Indonesia. I was beyoooond happy when she said that she’d watch Winner Con at Indonesia stop. Akhirnya bisa ketemu dan say thank you in person. Little did I know that… :’(

Pak Aji adalah teman kerjaku di kantor. Beliau jabatannya Kepala Bagian Engineering. Meski bangunan kantor kita beda kompleks, tapi hampir setahun di sini aku satu mess sama beliau. Hampir tiap malam makan bareng. Beliau baiiiik banget dan walau beda usia jauh, tapi tetap bisa nyambung sama kami para cewek yang masih kinyis kinyis. He was one of the passenger of JT360. He was gone too soon :(

Dua kabar duka dari teman teman aku yang super baik itu, aku taunya telat berjam jam. Semua dengan alasan sederhana karna aku males buka HP. Karna kalau buka HP jadi liat kerjaan. Anjir sedih banget ga sih. My life is so fucked up.