Jumat, 23 Oktober 2015

Kritik yang Baik

Yay akhirnya mengeluarkan unek unek ini juga setelah kemaren kemaren cuma nge-RT statistik dan foto foto mengenai kabut asap di twitter. Finally, a proper critical blogpost coming from yours truly! Couldn't thank someone enough for this ;)

Jadi ceritanya malam ini iseng buka FB dan di beranda ada status baru dari seorang adik tingkat kampus yang kita sebut saja I Bunyi statusnya di bawah ini.

‪#‎Mbuh‬!!!! AKU CUMA SEDANG SEBALIngin membuatnya turun dari posisinya saat ini? Hmm... Menurutku itu sulit dilakukan, sebab yakinkah akan ada pengganti yang sesuai dengan yang diinginkan oleh semua orang? TIDAK MUNGKIN! Perannya adalah sebagai kepala negara, bukan pemuas kebutuhan, tak seharusnya beliau ditekan sedalam ini oleh warganya sendiri. Pernah tidak, sedikit berpikir, jika kita menghujat kepala negara kita sendiri, bagaimana dengan perlakuan negara lain terhadap kepala negara kita? Terhadap bangsa kita?? Aku tidak mengerti dengan semua pihak yang menyuarakan isi kepalanya, namun tidak berusaha memberi solusi, bukankah itu justru sikap pengecut sepengecut-pengecutnya??!! Mungkin semua dari kita merasa sok benar, sok paham negara, dan sok-sok lain, tapi apa merasa sudah pernah memberi sumbangsih pada negara? Segede upil saja, misalnya. Pernah? Atau cuma koar-koar di depan TOA, dan di belakang terima sejumlah rupiah dari si X, si Y, atau si Z? Perkara asap, sekarang jadi masalah sensitif, tetap saja kupingku gatal mendengar kepala negara disalah-salahin. Bukan berarti aku pro padanya. Hanya saja, beliau itu statusnya manusia, lho, bukan dewa yang bisa menghentikan asap hanya dengan sim salabim! Atau kita-kita sudah lupa beliau manusia karena kita telah banyak mendzolimi beliau di situs internet atau media lain?? Kita pasti tahu jawabannya!Olalaaa... Jangan-jangan kita juga berharap beliau melakukan HARAKIRI laksana Jepang atas ketidakberhasilan kepemimpinan?? Terserah yang pada lain deh, maunya beliau jadi gimana... Yang jelas, aku pribadi masih menghormatinya sebagai Kepala Negara. I love Indonesia...

I know, panjang banget ya. Awalnya aku juga mau skip aja haha. Tapi untungnya aku baca, dan... kayak ada yang tergerak di hati ini untuk kembali ngomongin politik. Thus, I replied.
Iya May, gak suka banget deh sama orang yg ngeluh2 tanpa solusi.
Trus ya, misalnya kan kita dukung A jd presiden trus kita pasti di-judge gak boleh memberikan kritik buat dia, karna toh kemaren katanya kita dukung. Tapi buat aku ya, sebagai warganya kita berhak mengkritik kebijakannya yang mungkin aneh atau perilakunya yang careless. Kan dia manusia, jadi pasti ada salah, jadi wajar aja kalo kita mengingatkan walau dia pemimpin kita. Dia gak bisa sempurna karna dia emang bukan Tuhan dan sebagai pendukung juga aku ogah banget manut2 aja kalo emang menurutku tindakannya gak benar.

Hak kita, untuk memberikan kritik dan memberikan opsi solusi. Hak dia, memilih solusi mana yang terbaik terlepas dari semua kritik karna toh dia pemimpinnya, dan dia emang gak wajib menyenangkan semua orang.

Duh jadi panjang bgt gini. Maaf ya May menuhin komentarnya 

Agak curcol dan di luar konteks ya. But I know I (dibaca i) and I (dibaca ai) are on the same boat. I benci kritikan gak mutu, aku pun setuju. Aku gak suka orang yang mentah mentah nyalahin presiden aja (secara ngurusin negara itu kerja kolektif ya, presiden cuma pemimpin), dia juga. Jadi aku yakin dia paham komenku itu maksudnya apa. And she replied again.
Keseringannya memang gitu sih, Kak. Padahal memang benar kalo kita justru sebagai pengontrol kekuasaan, ya dengan cara mengkritik. Sayangnya, terkadang dalam mengkritik kurang fakta dan kurang santun. Itu sih yang bikin sebal.
Nah itu dia tuuuuh. Gak ada yang salah sama kritik, like she said, we need that to control the government anyway. Yang salah itu kalo kurang fakta dan kurang santun.

Coba kalo mau kritik diulang berkali kali dulu deh dialognya di otak. Udah bener gak ya? Aku udah baca berapa artikel dan nonton berapa liputan ya. Terpengaruhlah sama angka, statistik dan fakta, jangan sama kata kata manis dan provokatif, apalagi di TV. Baca baca baca. Nonton dari berbagai stasiun TV dalam dan luar negeri, jangan pernah nonton dari satu sumber aja dan langsung heboh.

Trus mengenai kurang santun. Nah ini emang tricky karna batasan moral itu tipis. Tapi kita pake patokan diri sendiri aja deh. Kita mau gak kalo dikritik dengan kata kata sekejam itu? And is it even necessary? Karna menurutku kritik yang tepat sasaran itu tuh gak perlu kata kasar, asal kontennya pas aja, yang dikritik pasti ngerti kok. And no personal issue ya. Ke laut aja deh sana orang orang ini. Yang dikritik itu kebijakannya, bukan orangnya.

Ya ngomel lagi deh kita haha. Anyway, I replied her again.
Kurang santunnya itu bikin sebal banget Mayyyy. 
Iya2, trus males banget yang suka kritik tapi baca aja malas. Gak mau cross check info, cuma liat dari satu sumber langsung heboh.
Aduh aku curcol abis nih di sini. Maaf ya May tongue emotikon

Tapi emang udah lelah banget nih sama yang kritik gak kira2. Kadang udah bukan kritik lagi, tapi keliatan banget pure ngebenci orangnya. Padahal yg dikritik ya harusnya kebijakannya sebagai presiden kan ya, bukan orangnya itu sendiri.
And she replied again.
Ah, santai, kita saling curcol nih di sini ^^Mungkin sebenarnya yang dibenci itu personalnya, makanya apapun kebijakan yang dikeluarkan, entah itu baik atau kurang baik, tetep aja dicaci... Aslinya kan, suatu kebijakan ada karena sudah disetujui sebelumnya oleh para wakil rakyat dan disahkan. Nah, jika kebijakn sdh disetujui, berarti kebijakannya bagus. Kecuali ada 'something wrong' oleh pihak yang memberi persetujuan itu...
Trus aku bahagia deeeh. Haha. Terakhir kali ngomongin politik dan dapat perspektif baru itu rasanya pas sama Dhani jaman pilpres. Ya, semoga aja kita semua tetap selalu bisa memandang pemerintahan kita ini dengan objektif ya. Trus kalo memang ada yang salah ya ungkapkan aja di publik. Jangan lupa seperti kata I, kritiknya harus tidak kurang fakta dan kurang santun.

"Comments are free, but facts are sacred" - CP Scott

4 komentar:

  1. Nggg, klo aku sih berusaha mengendalikan emosi dulu sebelum berkritik, biar pikiran jernih, biar tahu duduk perkara yang sebetulnya itu seperti apa, nggak langsung terpengaruh dengan narasumber "katanya dan katanya" sebelum kita cek silang.

    Biasanya sih klo kita udah berpikir tenang, bakal ngerasa "Okay, ini masalahnya ternyata kompleks, jadi kritiknya juga mesti kompleks, jadi ya nggak usah kritik aja deh... " :p

    BalasHapus
  2. Haha nah aku seringnya juga gitu tuuuuh :P Makanya tag berita di blog ini yang harusnya untuk kritik sosial gak pernah benar benar aktif.

    BalasHapus

NO SPAM PLEASE T_T