Minggu, 10 Maret 2024

Kita Punya Kita (Dan Tuhan)

Harus banget nih nulis tengah malam daripada makin lama dipendam dan ga jadi apa-apa.

Oh iya shoutout dulu untuk Kopi Pandan-nya Left Side yang ga hanya enak tapi terbukti tokcer buat terjaga sampai jam segini. Ini kedai kopi yang lokasinya di Samarinda Seberang ya, kopinya tidak overpriced (!!!) dan sekali lagi beneran enakkk. Dia ada cemilan asin dan makanan berat, seandainya ditambah cemilan manis pasti lebih mantap lagi.

***

Jadi beberapa waktu belakangan aku tuh banyak dengar cerita orang-orang yang kecewa dengan harapannya sendiri. Ada yang antar pasangan, orang tua ke anak dan juga sebaliknya. Orang-orang itu pikir, di circle terkecil harusnya mereka didukung. Harusnya ketika mereka memberikan 100%, maka mereka menerima juga 100%.  Tapi tentu saja dunia tidak berjalan semau mereka :)

Tidak ada seorang pun yang punya kewajiban untuk menyelamatkan kamu. Tidak orang tua-mu, tidak anakmu, tidak pula pasanganmu. Perenungan ini membuat aku teringat aturan di pesawat terbang di mana dalam keadaan darurat, orang tua wajib pasang masker udara dia sendiri dulu baru menyelamatkan anaknya. Prinsipnya dengan menyelamatkan dirimu, kamu bisa menyelamatkan orang.

Lalu pikiran aku nyambung ke film Anatomy of A Fall yang baru-baru ini aku tonton. Ada satu adegan film di mana terjadi pertengkaran suami istri di mana sang suami merasa istrinya egois karna mengutamakan kebutuhan pribadinya, sedangkan istrinya merasa suaminya lah yang egois karna melakukan sesuatu dan menuntut orang lain menghargai itu. Membantu, tapi berharap mendapat balasan. Membantu, tapi merasa jadi korban ketika bantuannya tidak dihargai. Membantu, tapi tidak ikhlas. "Your generosity concealed something dirtier and meaner" yang artinya "Kemurahan hatimu itu bisa melihat segalanya menjadi lebih buruk" (credit to Klik Film).

Buat apa coba membantu orang lain, jungkir balik, kalau akhirnya kamu jadi hancur berkeping-keping?

Kita hanya punya diri kita sendiri untuk merasa cukup. Dan itu cukup.

In my case, aku percaya aku juga punya Tuhan. Tuhan yang menjaga aku. Tuhan yang memeluk aku di saat aku sendiri merasa kesulitan memeluk diriku sendiri. Tuhan yang menemani aku di setiap langkah hidupku. Tuhan dan diriku sendiri itu, cukup. Jangan biarkan orang lain mengelabui kamu hal yang sebaliknya.

Alasan terbesarku menulis ini adalah biar jadi pengingat buat diriku sendiri bahwa menaruh harapan pada orang lain akan menjadi kesalahan terbesar. Bukan satu dua cerita, tapi hampir semua cerita kekecewaan muaranya dari situ.

Akhir kata, semoga kita semua jadi orang yang lebih baik dari kemarin. Dan terutama kita harus jadi orang lebih baik untuk anak-anak kita maupun semua anak di sekitar kita. Semoga kita ga pernah jadi orang dewasa yang menggantungkan harapan kepada mereka. Amin.