Ntar deh kalo udah 10 entri (yang berarti aku udah nonton 100 film dengan serius yay), akan diseragamkan semua judulnya dan bakal dibikinin tag khusus. Until then, let's just watch many movies, self!
***
It Follows
Hype film ini sejenis sama The
Babadook dan beda sama film horror box office macam Insidious atau The
Conjuring. Dan sebagai anak yang rada hipster tau dong yang lebih menarik
perhatianku yang mana? Hehe. Begitu pulang kampung langsung minta film ini sama
Deny dan langsung nonton. Di luar dari hypenya, aku emang udah ngebet nonton
karna poster – posternya yang bagusss banget. Overall, film ini gak
mengecewakan sama sekali. Konfliknya sederhana, teknik gambarnya bagus,
script-nya standar tapi efektif, trus scoring-nya mantap. Dan film ini asli
thrill abis, deg degan sepanjang nonton film (dan bahkan setelahnya pun). Dari
segi akting lumayan lah ya, para pemeran utamanya gak gengges, kalo lagi bego
ya normal aja mungkin deg degan (dikejar ntahapaapa gitu loh, gimana gak deg
degan wkwk). Hantunya juga beneran kayak
hantu dan believable kan jadi takut sendiri biar siang bolong haha. Anyway,
film Sundance ini recommended deh beneran J
|
Satu adegan yang bikin aku nahan nafas |
When Harry Met Sally
Sebagai orang yang ngaku kesana
kemari suka romcom, aku terhitung telat untuk nonton satu karya klasik ini. But
better late than never kaaaan? Anywyay, I love this movie! Gak suka yang cinta
mati banget gitu sih macam A Little Thing Called Love atau Before Sunset, tapi
suka pokoknya *apaan sih Dit -.-* Konfliknya sederhana, mengalir tenang kayak
di sungai Mahakam, skripnya daily banget tapi indah dan membekas gitu. Masalah
teknis malas ngomentarin ah, secara ini film lawas jadi aspek itu ya terima aja
apa adanya. Si Billie Crystal jelek banget (I can’t stand him really :() tapi
Meg Ryan cantik ya. Banget! Oh iya, editingnya rapi, sukak. Trus transisi antar
waktunya itu manis sekali. Film ini sendiri mengajarkan banyaaak sekali petuah
cinta yang kayaknya bakal lama melekat di pikiran aku.
|
Would love to do this kind of thing with my future lover ;) |
Han Gong-ju
Semenjak baca premisnya di blog
ini, entah kenapa aku langsung pengen nonton. Selain itu, posternya
yang bagus (biasanya sih kalo poster bagus ya filmnya juga bagus) dan embel
embel kalo ini diangkat dari kisah nyata juga menambah minat aku. Akhirnya
nonton ini di
Bioskop Dita sama Ayu, Rahmi dan Nurul. Ekspektasi kami
pengen nonton yang sedih sedih sampai ke luar air mata. Dan... beneran kejadian
deh, meski sedih aja, gak sampai ke luar airmata juga. Film ini sih khas Korea
lah, lambat lambat cantik gitu. Yang nyebelin, transisi antar waktunya rada
kabur. Jadi seringnya kami bingung sendiri (atau kaminya aja yang oon :p). Aku
suka sama kemampuannya mempermainkan emosi penonton sampai aku bisa dibikin
simpati sama pemeran utamanya. Beneran simpati sampe pengen ngejotos satu satu
yang jahat sama dia T_T
|
Perumpamaan gorila yang gak hanya cerdas tapi juga bikin miris |
Cinderella
Gak terlalu nafsu nonton ini sih,
tapi tetap minta filmnya sama Deny karna ada satu quote-nya yang bagus banget
dan sampai sekarang jadi pedoman aku. “Have courage and be kind” *tanemin dalam
dalam di kepala*. Secara cerita ya sama persis kayak kartunnya yang waktu kecil
kuputar berulang ulang itu hehe. Skripnya biasa aja, sinematografinya juga.
Trus nih sebagai film romantis, chemistry antara si Ella dan si pangeran ini
nihil banget. Agak mengecewakan ya kalo menurut aku. Well, satu satunya adegan
yang memorable ya pas transformasi Ella dkk yang dibantu sama Ibu Peri. Baju
pestanya cantik banget, euy. Yah kayaknya itu aja sih yang asik, sisanya aku
banyak ngantuk aja nonton ini.
|
Ini shot paling memorable. Kelihatan banget kan magical-nya :D |
Wild Tales
3 menit pertama menonton film
ini... and I’m sold.
Ini film gue banget niiiih dari
segi cerita. Sebagai penggemar cerita Oh Mama Oh Papa di Majalah Kartini (oh
yeah I am!!), cerita yang gloomy, unik dan agak agak unbelievable itu selalu jadi
jenis cerita favoritku. Makanya jangan heran kalo aku nulis fiksi tuh pasti
rada rada gak waras premisnya haha. Aku juga cinta sama semua ide film Kim Ki
Duk dan menurutku Old Boy itu keren abis ceritanya. Nah kan, tau kan aku
orangnya gimana sekarang :P
Sebagai film antologi dengan 6
cerita yang gak nyambung tapi punya nyawa serupa, bisa dibilang film ini sukses
membuat aku suka sama semua segmennya. Tapi tentu ada yang menonjol ya.
Favoritku adalah cerita pertama dan ketiga. Asli cerita yang ketiga itu nendang
banget sampe aku maksa Dana nonton juga karna bagus buat mengajarkan manner
sama dia. Dan memang semua ceritanya ini nilai moralnya adalah tentang perilaku
manusia yang, at times, bisa lebih ganas dari binatang (hint ini juga digambarkan
waktu opening. Very cool!). Dan di aku sih semua nilai moralnya tuh mudah
banget ditangkap. Bikin evaluasi diri banget dah pokoknya.
Ps, baru nyadar review tadi gak
ada bahas teknisnya samasekali ya? Haha. Aku mah kalo dikasih cerita bagus ya
emang gak terlalu peduli masalah teknis ya, maafkeun :P
|
Satu dari sekian banyak scene favoritku, ini dari cerita pertama |
The Hangover
Telat banget ya baru nonton ini,
telat banget. Di Fox Movies juga udah diputar berkali kali sampai bego haha. No
excuse really, cuma akunya aja yang malas :P Dan sekarang nyesal deh habisnya
filmnya bagus. Dikira humornya bakal fisik banget, yang mana aku kurang suka,
eh ternyata enggak. Pas banget kok racikannya dengan skrip yang lucu lucu
cerdas. Trus untuk ukuran film haha hihi, gambar gambarnya cantik banget.
Niat!! :D Cara penceritaan merunut ke belakang juga sukses buat aku yang
ngantukan terjaga sepanjang film. Ya intinya aku nonton ini pas lagi galau
parah tapi bisa tetap ketawa ketawa berarti bisa dibilang berhasil dong ya
komedinya yang kadang keterlaluan randomnya.
|
Joke favoritku yang terjadi di lobby Caesar's Palace Las Vegas |
Mean Girls
I love love love this movie!
Sebenarnya udah pernah nonton sih, tapi ini lagi pengen nonton ulang dan
sekalian deh direview biar serius nontonnya (alasan macam apa ini haha). This
movie is very girly, very funny (aku ketawa tulus beberapa kali aja dong) and
also can easily punch any ladies in the face. In a nice way though. Skenarionya
mengalir lancar, banyak punchline yang sampai sekarang pun masih hidup di
Tumblr karena emang timeless banget. Color filmnya juga aku suka deh. Ah iya sama pengumpamaan kehidupan sekolah dengan kehidupan safari, cerdas
abisss. Trus pemeran utamanya ganteng banget ya oloooh. Haha maaf reviewnya
random :P On a serious note, Rachel McAdams sama Amanda Seyfried sukses jadi
scene stealer favorit aku di film ini. You go, beyotch!
|
Mean Girls jadi relatable ya karna gimmick gimmick sederhana ini |
The Class of 92
Oke, review yang ini bakal subjektif banget karna aku cinta mati sama
MU.
Sebagai film dokumenter, konten
dari film ini sendiri sudah sangat kuat. Kisah tentang enam orang remaja gila
bola, yang dipersatukan oleh salah satu klub terbaik dunia dan kelak
membuktikan diri dengan raihan tiga gelar dalam satu musim. Seperti kata Eric
Cantona, it’s romantic, it’s a perfect script. Masalah penyajian konten atau
editingnya udahlah aku gak gitu peduli, aku terlalu sibuk menyaring semua nilai
nilai yang ada. Nilai yang mengingatkan aku sekali lagi kenapa dulu aku mau
menghabiskan puluhan weekend di depan TV untuk mereka. But I think it’s decent
enough. Emosi terbangun dengan baik kok, dan itu juga didukung dengan musik
pengiring yang sesuai.
Mengenai nilai nilai Manchester
United, maupun nilai individual per pemain semua disampaikan dengan sempurna
and I like it the most about this movie. Mentalitas juara MU, Sir Alex and all
his values (semua yang beliau lakukan itu applicable banget dalam kehidupan,
heart him so so so much!), disiplinnya David Beckham, sifat down to earth
Scholes. Disampaikannya itu gak obvious dan menggurui, tapi aku sih nangkap
banget. Oke untuk menutup, aku mau pamer satu quote dari Sir Alex waktu Beckham
kembali dari Piala Dunia 1998 di mana dia dapat kartu merah dan jadi bahan
bully seantero Inggris.
“Don’t worry son, it’s over.
You’ll comeback, you’re a Manchester United player. We’ll look after you,
everyone’s supporting you, don’t even worry about anything. Go away, have a few
weeks holiday, get some rest, but when you come back to Manchester United, you
know you’ve got the support of everyone.”
|
My favorite quote from the movie |
Scandal Makers
Aku nonton cuma modal streaming
di Youtube dan dapatnya bukan versi yang lengkap kayaknya huhu. Anyway, penasaran
banget sama film ini karena dua pemeran utamanya adalah bintang bintang Korea
yang aku suka. Cha Tae Hyun yang main di Hello Ghost dan Park Bo Young yang
keren di drama Oh My Ghostess. Dan lumayan memenuhi ekspektasi ya. Semacam
drama comedy gitu, dimana keberhasilannya berat sebelah ke komedi aja. Asli,
adegan adegan komedinya itu orisinal dan absurd. Absurd banget tapi gak
gengges. Untuk aktingnya sendiri, aku rasa si Park Bo Young masih kurang lentur
di beberapa adegan. Yang jadi scene stealer malah Wang Seok Hyeon yang berperan jadi anaknya, he was so cuteee.
|
Tiga generasi dalam satu frame, beautifully and functionally shot |
My Neighbor Totoro
Aku sudah sering mendengar sepak
terjang Studio Ghibli sebagai salah satu studio animasi terbaik di dunia. Tapi
gak pernah benar benar menonton filmnya. Anehnya, aku tetap nekat menyimpan
banyak film Studio Ghibli (khususnya yang disutradai Hayao Miyazaki) dalam
laptop, hanya karna aku yakin kalo suatu saat aku pasti nonton dan aku pasti
bakal suka. Dan itu sekarang menjadi kenyataan. Dan Totoro inilah yang aku
pilih jadi film pertama yang aku tonton. Yang paling aku suka tentu adalah
gambarnya ya, yang cantik banget. And when I said cantik, it means cantiiiik.
Kalo manusia kayak Chelsea Islan. Ceritanya yang sederhana pun membuat
kecantikannya terasa lebih menyenangkan. Oh iya penggambaran Totoro-nya dewa banget, bikin pengen meluk banget gak siiih. Trus karakter Mei itu lucu deh kayak Sarang, terutama aksen dan bahasa Jepangnya ya. Mungkin dari sekarang aku akan lebih
sering menonton film Ghibli lainnya seperti Ponyo atau The Wind Rises.
|
Gak ngerti lagi deh sama cantiknya |